1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai.......
suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Ciri-ciri Pemimpin Berkarakter.
Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan bangsa dan negara adalah yang mampu mengantarkan anak bangsa dari ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan ( independency ), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit kesalingtergantungan
(interdependency), memerlukan pembiasaan melalui contoh keteladanan perilaku para elite politik yang bergerak di eksekutif, yudikatif dan legislatif dalam taman sari demokrasi yang kondusif. Habitat yang dapat dijadikan persemaian karakter pemimpin itu antara lain harus dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan perilaku dan sifat-sifat.seperti: :
1. Kesadaran diri sendiri (self awareness) jujur terhadap diri sendiri dan terhadap oranglain, jujur terhadap kekuatan diri, kelemahan dan usaha yang tulus untuk memperbaikinya.
Ciri-ciri Pemimpin Luar Biasa
Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan akan Anda lakukan. Integritas membuat Anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan Anda. Integritas adalah penepatan janji-janji Anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti Anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa Anda akan membawa mereka kepada tujuan yang Anda janjikan.
Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal, mereka lalu mencanangkan motto, “Jika Anda gagal di langkah pertama, menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain.” Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha.
Pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakkan orang lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zona kenyamanan dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka mampu membangkitkan gairah, antusiasme, dan tindakan para pengikut.
Macam-macam Cara Memimpin |
Selasa, 18 Desember 2007 07.30 WIB Oleh: Rhenald Kasali, Ph.D |
(Vibiznews - Leadership) - Marilah kita gabungkan antara cara memimpin (shaping atau con¬trolling) dengan persepsi eksekutif terhadap kemungkinan pencapaian hasil (sesuai dengan yang direncanakan, sebagian saja atau tidak dapat diduga sarna sekali). Hasil perkalian 2x3 model ini menghasilkan 6 jenis cara dalam memimpin yang disebut tipe direktur, navigator, pejabat sememara (caretaker), pelatih (coach) atau motivator, penerjemah dan perawat (nurturer). 1. Tipe Direktur Tipe ini sangat mungkin diterapkan pada organisasi tertutup yang eksekutif¬nya cenderung otonom, memiliki kapasitas yang tidak terbatas dalam melakukan perubahan. Direktur dapat menggerakkan seluruh sumber daya, memberikan arah, visioning, melakukan implementasi, dan mengendalikannya. 2. Tipe Pelatih (Motivator) Dalam keadaan yang relatif terbuka, untuk menghindari terjadinya chaos, dan sekaligus untuk mengubah budaya, pemimpin dapat saja menerapkan cara yang lebih halus, yaitu dengan pendekatan shaping. Dalam pendekatan ini, pemimpin menjalankan peran sebagai motivator seperti layaknya seorang pelatih (coach) pada tim olahraga. Ia tidak turun sendirian tetapi duduk di pinggir lapangan memberi arahan, memberi inspirasi sekaligus menyemangati anggota timnya. 3. Tipe Navigator Di sini lingkungan sedikit kurang terkendali sehingga hasil yang dicapai tidak 100% dapat diselesaikan. Oleh karenanya, pemimpin menggunakan beberapa skenario dalam menangani organisasinya. Seperti seorang yang mengendalikan pesawat atau kapal besar, maka ia tahu persis bahwa dirinya tidak dapat mengubah arah angin. Sebagai pemimpin, nahkoda harus melakukan sesuatu. Kalau arah angin tak bisa diubah, maka arah kapal harus disesuaikan. Kendati demikian, kendali ada di tangannya, sehingga masa depan dapat dikendalikan (meski tidak 100%). 4. Tipe Penerjemah (Interpreter) Di sini pemimpin menghadapi persoalan yang sama, hanya saja ia mengambil peran sebagai penerjemah, yaitu orang yang memberi tafsiran-tafsiran terhadap segala sesuatu yang tengah terjadi, baik di dalam organisasi, maupun di luar. Ia sadar betul bahwa dirinya tidak punya kuasa penuh, tetapi ia punya kecerdasan membaca "tanda-tanda zaman" dan memberikan visi untuk betubah. Selebihnya anggota tim harus bekerja sendiri umuk menyelesaikannya. 5. Tipe Pejabat Sementara (Caretaker) Menyadari keadaan lingkungan bergerak liar dan diwarnai konflik, serta tidak dapat dikendalikan, pendekaran kontrol menjadi serba salah. Terapi eksekurif ini masih dapat menggerakkan bawahan-bawahannya agar bertindak lebih entrepre¬neurial dan inovatif sehingga sasaran menjadi lebih mudah dicapai. Ia masih bisa merasakan bahwa organisasi sedang berada di mana, dan oleh karenanya dapar dikendalikan dengan cara yang berbeda-beda. 6. Tipe Perawat (Nurturer) Seperti seorang perawar, pemimpin tipe ini memposisikan diri hanya untuk menjaga dan menemani pasien yang sakir, hidup tanpa harapan dan memberi harapan agar tetap semangat. Karena pasiennya sedang sakir, maka ia tidak bisa bergerak tegas seperti seorang pelatih. Barangkali tugasnya sekadar memberi ha¬rapan karena hanya itulah yang masih dimiliki si pasien. Ia mengalami kesulitan memimpin karena organisasi dan lingkungan benar-benar chaos. Tak ada yang bisa menerka seberapa besar ia akan berhasil. |
Toxic Boss Syndrome |
Selasa, 18 Desember 2007 08.00 WIB Oleh: Permata Wulandari |
(Vibiznews – Leadership) – Semua orang tahu mereka. Supervisor yang selalu menyakiti bawahannya. Team leader yang menciptakan divisi diantara group tanpa harmonisasi. Manajer yang selalu memberikan tugas kepada para bawahan tetapi tidak pernah mendengarkan input dari mereka. Inilah para toxic boss. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri dan tidak peduli terhadap para bawahan. Satu prinsip yang selalu mereka pegang adalah mendapatkan semua pekerjaan selesai dikerjakan dengan hasil yang baik tanpa melihat pada proses yang telah dikerjakan. Dalam mencapai tujuan, mereka terkadang mengabaikan orang lain didalam organisasi mereka dan pada akhirnya hal ini akan menyakiti mereka. Ini sangat penting bagi anda, sebagai seorang manajer atau eksekutif, untuk menemukan toxic boss ini. Biasanya, apa yang anda lakukan adalah berjalan berkeliling. Keluar dari kantor anda, para karyawan akan menilainya sebagai toxic boss. Berbicara dengan klien perusahaan anda. Mendengarkan komentar sampingan mereka. Menanyakan mereka mengenai kekuatan manajerial organisasi adalah sikap seorang boss yang sangat baik. Lihatlah pada biaya overhead. Satu biaya yang terbesar bagi toxic boss adalah isu personal. Terkadang biaya ini dikumpulkan menjadi overhead accounts yang dikenakan pada unit operasi. Apakah sebuah group memiliki lebih banyak orang yang keluar (atau pensiun) dibandingkan lainnya? Apakah terdapat beberapa individu dari unit yang sama meninggalkan perusahaan dalam periode waktu yang singkat? Apakah sebuah departemen memiliki biaya overtime yang lebih tinggi dibandingkan lainnya? Seorang individu dimana toxic boss mereka tidak mengetahui dimana tempat terbaik bagi mereka yang sesuai dengan kemampuan. Anda membutuhkan untuk mengakses nilai individual ini dan menimbangnya disesuaikan dengan biaya perusahaan agar bekerja sesuai kemampuan. Jika seorang toxic boss meningkatkan produksi sebanyak 10% pada tahun-tahun terakhir, para stakeholder tidak peduli jika tingkat turnover pada department lebih tinggi dari rata-rata. Karena hal ini akan meningkatkan biaya training karyawan baru, pembayaran pada agen pekerja, dan sebagainya. Aksi anda dengan penghormatan pada toxic boss akan bergantung pada lingkungan. Anda dapat merekomendasikan mentoring atau training yang lebih lanjut bagi toxic boss. Mungkin seorang individu harus di transfer kepada posisi dengan tanggung jawab yang lebih sedikit pada orang-orang. Tujuan yang di set bagi individu terkadang tidak tercapai yang mana akan menyebabkan perubahan gaya seseorang manjadi seorang toxic boss tetapi hal ini harus disesuaikan. Yakinkanlah untuk mendokumentasikan dan mengkuantifikasi pengukuran yang anda gunakan untuk menentukan apakah seorang toxic boss telah merugikan perusahaan anda. Gunakan juga biaya overhead sebagaimana biaya langsung untuk mendemonstrasikan efek bottom line.Terakhir, gunakanlah pengukuran yang sama untuk mengkuantifikasi benefit pada perusahaan manakala anda melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah toxic boss. Tips hari ini adalah : Hindarilah untuk menjadi seorang eksekutif dan manajer yang memiliki sifat sebagai seorang toxic boss. |
Kepemimpinan George Washington |
Kamis, 13 Desember 2007 8:00 WIB Oleh: Rinella Putri |
(Vibiznews – Leadership & Corp. Culture) – George Washington adalah salah satu contoh pemimpin yang patut menjadi panutan. Beliau merupakan salah satu tokoh kebanggaan Amerika dalam memeperoleh kemerdekaannya. George Washington, selama kepemimpinnya memiliki contoh-contoh yang patut untuk ditiru sebagai berikut: 1. Tetapkan Tujuan Tinggi dengan Memiliki Visi George Washington berasal dari keluarga kelas menengah namun ia mempunyai hasrat akan ketenaran dan kesejahteraan. Ia melakukan eksplorasi, mensurvei dan menetap di Barat dan menunjukkan keberaniannya dalam perang. Ketika ia meninggal pada 1979, ia adalah salah satu orang terkaya dan terkenal di Amerilka 2. Beri Panutan dengan Menjadi Role Model Dalam pertempuran yang tidak terhitung banyaknya, George Washington memimpin pasukannya, bukan hanya memberi perintah dari lini belakang yang lebih aman. 3. Pilih Mentor Anda Ketika George Washington membutuhkan skill baru, maka ia menunjuk mentor yang baru, Mentor pertamanya adalah saudaranya Lawrence. Seperti dirinya, ia menjadi petani, tentara kemudian politisi. Kemudian, Washington menjadi presiden dan juga menjadi mentor bagi orang lain. 4. Belajar Seumur Hidup George Washington mempunyai perpustakaan sejak ia masih remaja. Ia terus membaca sepanjang hidupnya sehingga ia selalu terinformasi dengan baik mengenai isu terbaru tiap harinya. 5. Lakukan Hal Kecil yang Mengarah ke Hal Besar George Washington tidak menjadi become George Washington dengan melakukan perkara besar. Ia memulai dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil dengan kemampuan terbaiknya. Pengalamannya sebagai tentara pada perang Prancis dan India memberikan pengalaman yang tak ternilai yang dieprlukannya dalam mamimpin Continental Army selama Revolusi Amerika. 6. Jadilah Komunikator yang Baik Seumur hidupnya, Washington adalah seorang pemimpin dengan skill komunikasi yang baik. 7. Belajar dari Kesalahan Wahington terpaksa menyerah dari Prancis karena ia memilih lokasi yang buruk sebagai markas. Setelah itu, ia selalu merencanakan dengan lebih baik dan belajar dari kesalahnnya di masa lalu. 8. Percaya pada Diri Anda Walaupun Washington sering mengalami kekalahan di medan perang, namun ia tidak pernah ragu bahwa Amerika akan memperoleh kemerdekaan 9. Tahu Bagaimana Mengambil Keputusan George Washington adalah pengambil keputusan yang fleksibel sebagai petani, eksekutif bisnis, tentara dan presiden. Sebagai petani yang inovatif, ia memperkenalkan alfalfa dan mule pada Amerika. Sebagai pebisnis, ia berinvestasi pada pabrik dan kanal. Sebagai jenderal, ia dapat membuat keputusan hidup dan mati di tengah peperangan. Sebagai presiden, dia selalu berkonsultasi dengan cabinet secara periodik 10. Jadilah Team Leader George Washington tidak takut untuk memimpin tim, walaupun pihak oposisi sekalipun. Sebagai presiden, ia bekerjasama dengan Thomas Jefferson, sekretaris engara, Alexander Hamilton dan para pihak antagonis partai dalam bekerja di peemrintahan. 11. Tunjukkan Kasih Sayang George Washington memaafkan para pemrotes yang ditahan karena menolak membayar pajak wiski. Ia berusaha untuk mengindari penciptaan para martir dan musuh bagi pemerintahannya. 12. Berhenti ketika di Puncak Seperti halnya Seinfield, Washington juga memutuskan untuk pergi ketika ia sedang berada di posisi puncak. Ia berhenti menjadi dictator Amerika pada 1776, mengundurkan diri dari posisi jenderal Continental Army pada 1783 dan pensiun dari jabatan presiden pada 1797. |
0 comments:
Post a Comment